Majapahit adalah sebuah
kerajaan
yang berpusat di
Jawa Timur,
Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun
1293 hingga
1500 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi
kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang
luas di
Nusantara pada masa kekuasaan
Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun
1350 hingga
1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan
Hindu-
Buddha
terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari
negara terbesar dalam
sejarah Indonesia.
[2]
Kekuasaannya terbentang di
Jawa,
Sumatra,
Semenanjung Malaya,
Kalimantan,
hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
[3]
[sunting] Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit,
[4]
dan sejarahnya tidak jelas.
[5]
Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah
Pararaton
('Kitab Raja-raja') dalam
bahasa Kawi dan
Nagarakretagama[6]
dalam
bahasa Jawa Kuno.
[7]
Pararaton terutama menceritakan
Ken Arok
(pendiri
Kerajaan Singhasari) namun juga memuat
beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu,
Nagarakertagama
merupakan puisi
Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah pemerintahan
Hayam
Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.
[8]
Selain itu, terdapat beberapa
prasasti
dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari
Tiongkok
dan negara-negara lain.
[8]
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan.
Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis
dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah
tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural
dalam hal dapat mengetahui masa depan.
[9]
Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar
sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan
sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan
yang tampak cukup pasti.
[5]
[sunting] Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit,
Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di
Jawa. Hal ini menjadi perhatian
Kubilai
Khan, penguasa
Dinasti Yuan di
Tiongkok.
Ia mengirim utusan yang bernama
Meng Chi[10]
ke Singhasari yang menuntut
upeti.
Kertanagara,
penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti
dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong
telinganya.
[10][11]
Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa
tahun
1293.
Ketika itu,
Jayakatwang, adipati
Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh
Kertanegara. Atas saran
Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada
Raden
Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri.
Raden
Wijaya kemudian diberi hutan
Tarik. Ia
membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai
Majapahit,
yang namanya diambil dari buah
maja, dan rasa
"pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan
Mongol
tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya
berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik
pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di
negeri asing.
[12][13]
Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap
angin
muson
agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi
di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal
15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal
10
November 1293.
Ia dinobatkan dengan nama resmi
Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini
menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk
Ranggalawe,
Sora, dan
Nambi
memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil.
Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih
Halayudha
lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya
raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun
setelah kematian pemberontak terakhir (
Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan
lalu dihukum mati.
[13]
Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah
Jayanegara.
Pararaton
menyebutnya
Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira
pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta
Italia,
Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di
Jawa. Pada
tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu
Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni
memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi
bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya
Tribhuwana Wijayatunggadewi
untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk
Gajah
Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada
mengucapkan
Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya
untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan.
Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih
besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya,
Hayam Wuruk.
[sunting] Kejayaan Majapahit
Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan
emas apsara (bidadari surgawi) gaya khas
Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai
"zaman keemasan" nusantara.
Terakota
wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari
tahun
1350
hingga
1389.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya,
Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut
Kakawin Nagarakretagama pupuh
XIII-XV,
daerah kekuasaan Majapahit
meliputi
Sumatra,
semenanjung Malaya,
Kalimantan,
Sulawesi,
kepulauan
Nusa Tenggara,
Maluku,
Papua,
Tumasik (
Singapura) dan sebagian kepulauan
Filipina[14].
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan
Kemaharajaan Majapahit.
Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa
daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah
kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja
[15].
Majapahit juga memiliki hubungan dengan
Campa,
Kamboja,
Siam,
Birma bagian selatan, dan
Vietnam,
dan bahkan mengirim duta-dutanya ke
Tiongkok.
[15][2]
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga
menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena
didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting
Citraresmi (Pitaloka), putri
Kerajaan Sunda sebagai
permaisurinya.
[16]
Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada
1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke
Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk.
Akan tetapi
Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk
memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara
keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak
terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga
kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh
rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.
[17]
Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk
redam melakukan "bela pati",
bunuh
diri untuk membela kehormatan negaranya.
[18]
Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah
Kidung
Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini
disinggung dalam
Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan
dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun
pada tahun 1365 menyebutkan budaya
keraton
yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra
yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang
pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat
mandala raksasa yang
membentang dari
Sumatera ke
Papua,
mencakup
Semenanjung Malaya dan
Maluku.
Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah
legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung
oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah
Jawa
Timur dan
Bali,
di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran
upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan
tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas
daerah itu dapat mengundang reaksi keras.
[19]
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada,
Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di
Palembang.
[2]
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai
pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama
Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan
perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang
muslim dan
penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.
[sunting] Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada
abad
ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah
wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran
akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri
mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran
Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki
seorang putra dari selirnya
Wirabhumi yang juga menuntut haknya
atas takhta.
[5]
Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406,
antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas
daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut
Dinasti
Ming yang dipimpin oleh laksamana
Cheng Ho,
seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun
waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah
menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan
pantai utara Jawa, seperti di
Semarang,
Demak,
Tuban, dan
Ampel; maka
Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh
putrinya, Ratu
Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447.
Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri
kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan
oleh
Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah
hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat,
Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar
Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan
takhta.
Girisawardhana, putra
Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan
digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya
sebagai raja Majapahit.
[8].
Ketika Majapahit didirikan, pedagang
Muslim dan
para penyebar agama sudah mulai memasuki
Nusantara.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di
seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan
perdagangan baru yang berdasarkan
Islam, yaitu
Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian
barat Nusantara
[20].
Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan
Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai
menguasai
Selat Malaka dan melebarkan
kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah
taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai
melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke
pedalaman di
Daha
(bekas ibu kota
Kerajaan Kediri) dan
terus memerintah disana hingga digantikan oleh putranya
Ranawijaya pada tahun 1474. Pada
1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali
Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu
1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian
kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai
bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu
tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu
lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan
[21])
hingga tahun 1527.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah
kronogram
atau
candrasengkala
yang berbunyi
sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon
adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu
tahun 1400
Saka,
atau 1478
Masehi.
Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun
demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya
Bhre Kertabumi, raja ke-11
Majapahit, oleh
Girindrawardhana[22].
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah
mengalahkan Kertabhumi
[22]
dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang
antara Daha dengan
Kesultanan Demak, karena penguasa Demak
adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun
1527.
[23]
Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga
kerajaan mengungsi ke pulau
Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk
menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka
mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527,
kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa
kerajaan Majapahit
[24].
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah
(Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah
Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra
raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (
Tome Pires), dan Italia (
Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi
perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan
Adipati Unus, penguasa dari
Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan
1521 M
[22].
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi
kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah
keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa
hanya tinggal kerajaan
Blambangan di ujung timur, serta
Kerajaan Sunda yang beribukota di
Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam
mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke
Bali.
Beberapa kantung masyarakat Hindu
Tengger
hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan
Bromo dan
Semeru
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks
bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri
di
Trowulan.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus
dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo
anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak
bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap.
Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati
siapa saja yang memandangnya".
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun,
dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual
keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar
tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari
semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar
upeti atau
pajak.
Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton
termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur
dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk
langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan
Nusantara yang menikmati
otonomi luas.
[25]
Ibu kota Majapahit di
Trowulan merupakan kota besar
dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap
tahun.
Agama Buddha,
Siwa, dan
Waisnawa
(pemuja
Wisnu)
dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan
Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak
menyinggung tentang
Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa
pegawai atau abdi istana muslim saat itu.
[2]
Walaupun
batu bata telah digunakan dalam
candi pada
masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya
[26].
Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan
memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan
gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi
Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah
Candi
Tikus dan
Gapura Bajang Ratu di Trowulan,
Mojokerto.
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan]
pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah
ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan.
Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas
dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China
beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan
raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Catatan yang berasal dari sumber
Italia
mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan
Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan
Pendeta
Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi
beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan
Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim
Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah.
Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus
Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju
kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan
Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam,
China, terus mengikuti
Jalur
Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih
rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh
raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak
cengkeh,
kemukus,
pala, dan
berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat
mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga
menyebutkan raja
Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi
selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan
disini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam
kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.
Majapahit merupakan negara
agraris dan sekaligus negara
perdagangan[15].
Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah
sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan
Medang yang menggunakan butiran dan keping uang
emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama
Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari
China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat
sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di
Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan
Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari
era Majapahit.
[28]
Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam
catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan
semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil
atau uang receh dalam sistem
mata
uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi
sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat
dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
[25]
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu
dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang
berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa
tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (
mandala Jawa).
[25]
Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan
spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual
minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara
pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi
populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar
pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
Menurut catatan
Wang Ta-Yuan,
pedagang
Tiongkok,
komoditas
ekspor
Jawa pada saat itu ialah
lada,
garam,
kain, dan
burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah
mutiara,
emas,
perak,
sutra,
barang
keramik, dan barang dari
besi.
Mata uangnya dibuat dari campuran
perak,
timah putih,
timah hitam, dan
tembaga[29].
Selain itu, catatan
Odorico da Pordenone, biarawan
Katolik Roma dari
Italia
yang mengunjungi Jawa pada tahun
1321,
menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak,
dan
permata.
[30]
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah
sungai
Brantas dan
Bengawan
Solo di dataran rendah
Jawa
Timur utara sangat cocok untuk pertanian
padi. Pada
masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi,
sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan
Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai
pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas
rempah-rempah
Maluku.
Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa
merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.
[25]
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta
telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari
India,
Khmer,
Siam, dan
China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing
terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan
selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri
untuk mengurusi pedagang dari
India dan
Tiongkok
yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di
wilayah Majapahit di Jawa
[31].
[sunting] Struktur pemerintahan
Majapahit memiliki struktur
pemerintahan dan susunan
birokrasi
yang teratur pada masa pemerintahan
Hayam
Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak
berubah selama perkembangan sejarahnya
[32].
Raja dianggap sebagai penjelmaan
dewa di dunia
dan ia memegang otoritas
politik tertinggi.
[sunting] Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah
pejabat
birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat
dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan
kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
-
- Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
- Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri
yang melaksanakan pemerintahan
- Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
- Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat
yang terpenting yaitu
Rakryan Mapatih atau
Patih Hamangkubhumi.
Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama
raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu,
terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para
sanak saudara raja, yang disebut
Bhattara Saptaprabhu.
[sunting] Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan
Singhasari[13],
terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian
tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh
uparaja yang disebut
Paduka
Bhattara yang bergelar
Bhre atau "
Bhatara
i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya
posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk
mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke
pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan
Hayam
Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola
oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di
kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
-
- Bhumi:
kerajaan, diperintah oleh Raja
- Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha
(tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
- Watek: dikelola oleh wiyasa,
- Kuwu: dikelola oleh lurah,
- Wanua: dikelola oleh thani,
- Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
No |
Provinsi |
Gelar |
Penguasa |
Hubungan dengan Raja |
1 |
Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya) |
Bhre Kahuripan |
Tribhuwanatunggadewi |
ibu suri |
2 |
Daha (bekas ibukota dari Kediri) |
Bhre Daha |
Rajadewi Maharajasa |
bibi sekaligus ibu mertua |
3 |
Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari) |
Bhre Tumapel |
Kertawardhana |
ayah |
4 |
Wengker (sekarang Ponorogo) |
Bhre Wengker |
Wijayarajasa |
paman sekaligus ayah mertua |
5 |
Matahun (sekarang Bojonegoro) |
Bhre Matahun |
Rajasawardhana |
suami dari Putri Lasem, sepupu raja |
6 |
Wirabhumi (Blambangan) |
Bhre Wirabhumi |
Bhre Wirabhumi1 |
anak |
7 |
Paguhan |
Bhre Paguhan |
Singhawardhana |
saudara laki-laki ipar |
8 |
Kabalan |
Bhre Kabalan |
Kusumawardhani2 |
anak perempuan |
9 |
Pawanuan |
Bhre Pawanuan |
Surawardhani |
keponakan perempuan |
10 |
Lasem (kota pesisir di Jawa
Tengah) |
Bhre Lasem |
Rajasaduhita Indudewi |
sepupu |
11 |
Pajang
(sekarang Surakarta) |
Bhre Pajang |
Rajasaduhita Iswari |
saudara perempuan |
12 |
Mataram (sekarang Yogyakarta) |
Bhre Mataram |
Wikramawardhana2 |
keponakan laku-laki |
Catatan:
1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran
Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut
sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani,
keponakan perempuan raja.
2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan
Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi
pewaris tahta.
|
Sedangkan dalam
Prasasti
Wingun Pitu (
1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi
menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar
Bhre.
[33]
Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
Saat Majapahit memasuki era
kemaharajaan Thalasokrasi
saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri
juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya,
konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
- Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area
awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum
memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota
kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan
pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan
semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang
merupakan kerabat dekat raja.
- Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung.
Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib
membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya
memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk
persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan
Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan
mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak,
namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah
Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan
juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung
dan Palembang di Sumatra.
- Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan
kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus
membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan
kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan
birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa
pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan
menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan
koloni di Maluku,
Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi,
Kalimantan,
dan Semenanjung Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan
Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang
didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:
- Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra
dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara
independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan
sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh
15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand),
Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura
dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar),
Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja),
dan Yawana (Annam).[34]
Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk
dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar
negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini
kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "
mandala", yaitu kesatuan
yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada
perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan
tanpa integrasi administratif lebih lanjut.
[35]
Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit,
yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli
penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas.
Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi
Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa
terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit.
Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan
sebelumnya, seperti
Sriwijaya dan
Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang
sezaman;
Ayutthaya dan
Champa.
[sunting] Raja-raja Majapahit
Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa
Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai
dalam gambar ini.
[36]
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan
Singhasari, yang dirintis oleh
Sri
Ranggah Rajasa, pendiri
Wangsa
Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa
Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara
pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang
mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga
kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok
[8].
[sunting] Warisan sejarah
Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum für
Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi
bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.
[sunting] Legitimasi politik
Kesultanan-kesultanan Islam
Demak,
Pajang, dan
Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan
mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi
keturunannya melalui
Kertabhumi; pendirinya,
Raden
Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak
Kertabhumi dan seorang
Putri Cina, yang dikirim ke luar istana
sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas
Wirasaba
tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh
Sultan Agung sendiri memiliki arti penting
karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah
memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para
rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk
makam leluhur, yang di Jawa merupakan
bukti penting — dan
legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara
khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali
menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.
[26]
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang
terlibat
Gerakan Kebangkitan
Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping
Sriwijaya, sebagai
contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan
batas politik negara Republik Indonesia saat ini.
[15]
Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an,
Partai Komunis Indonesia
menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan
kembali dari Majapahit yang diromantiskan.
[37]Sukarno
juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan
Orde
Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi
kekuasaan negara.
[38]
Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang
luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari
elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia
"Sang Merah Putih" atau kadang
disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan
Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang
TNI Angkatan Laut berupa
garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan
nasional Indonesia, "
Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari
"Kakawin
Sutasoma" yang ditulis oleh
Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang
arsitektur
di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (
pendopo) berbagai
bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab
Negarakretagama telah
menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan
keraton
di Jawa serta
Pura
dan kompleks perumahan masyarakat di
Bali masa
kini.
[sunting] Persenjataan
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan
penyebaran teknik pembuatan
keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik
pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi
semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa
ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk
kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran
kalangan
aristokrat juga berkembang pada masa ini dan
meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan
tombak.
[sunting] Kesenian modern
Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada
masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman
masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia.
Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa
tersebut.
- Serat
Darmagandhul, sebuah kitab
yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi,
namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah
tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang
Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan
sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
[sunting] Komik dan strip komik
[sunting] Roman/novel sejarah
- Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting
masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi
Pane.
- Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting
masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho
Ping Hoo.
- Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang
menceritakan akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada
intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
- Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat dengan setting
runtuhnya Singhasari dan awal
berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara,
karya Arswendo Atmowiloto.
- Arus Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara
pada awal abad 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
- Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya
Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa
Bubat.
- Gajah Mada (2005), sebuah roman
sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya
menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
[sunting] Film/Sinetron
- ^ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian
Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): 353—359.
- ^ a
b
c
d
Ricklefs (1991), halaman 19
- ^
Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the
14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by
Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff,
1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J.
Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal
History and Historical Theory (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal.
21.
- ^ Taylor, Jean Gelman (23 Februari 2003). Indonesia:
Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press.
hlm. pp.29. ISBN 0-300-10518-5.
- ^ a
b
c
Ricklefs (1991), page 18
- ^ Terjemahan
Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History
Note, historynote.wordpress.com
- ^
Johns, A.H. (1964). "The
Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography".
The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99. http://links.jstor.org/sici?sici=0021-9118%28196411%2924%3A1%3C91%3ATROSOA%3E2.0.CO%3B2-Z.
- ^ a
b
c
d
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3.
Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
- ^ C. C.
Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der
Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde,
vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers
Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern
Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University
Press, 1993, pages 18 and 311
- ^ a
b
Setiono, Benny. "Kehancuran
dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian
1)". http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-martabattionghoa2.htm. Diakses pada 16 Juni 2012.
- ^
David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel
2006
- ^
Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled
from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
- ^ a
b
c
Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
- ^
Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional
Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal.
436.
- ^ a
b
c
d
Ricklefs (1991), halaman 56
- ^
Munoz, Paul Michel (2006). Early
Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula.
Singapore: Editions Didier Millet. hlm. 279. ISBN 9814155675.
- ^ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in
1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed..
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 72.
- ^ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah
Peradaban Manusia: Zaman Majapahit.. Jakarta: PT Gita Karya.
hlm. 13.
- ^ Millet, Didier (1 Agustus 2003). John Miksic. ed.
Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641:
Archipelago Press. hlm. 106. ISBN 981-3018-26-7.
- ^
Ricklefs (2005), hal. 57.
- ^
Ricklefs, 37 and 100
- ^ a
b
c
Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
- ^
Ricklefs, 36-37
- ^ Robert W. Hefner (1983). "Ritual
and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American
Ethnologist 10 (1983): 665--683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. http://www.jstor.org/stable/644055. Diakses pada 23 Oktober 2008.
- ^ a
b
c
d
Millet, Didier (1 Agustus 2003). John
Miksic. ed. Indonesian Heritage Series: Ancient History.
Singapore 169641: Archipelago Press. hlm. 107. ISBN 981-3018-26-7.
- ^ a
b
Schoppert, P., Damais, S. (23 Februari
1997). Di dalam Didier Millet (editor):. ed. Java Style. Paris:
Periplus Editions. hlm. 33–34. ISBN 962-593-232-1.
- ^ "Ritual
Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 23
Februari 1996. http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_1996_num_52_1_3357. Diakses pada 14 Juli 2010.
- ^ "Uang
Kuno Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". 1 November 2008. http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/24/17571290/uang.kuno.temuan.rohimin.peninggalan.majapahit..
- ^
Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
- ^
Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
- ^
Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
- ^
Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
- ^
Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.com
dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
- ^ MAJAPAHIT :
KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
- ^ Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala:
from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia"
(dalam bahasa inggris). Bond University Australia. http://epublications.bond.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1007&context=cewces_papers&sei-redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3Dmandala%2520srivijaya%2520political%2520federation%26source%3Dweb%26cd%3D11%26ved%3D0CBgQFjAAOAo%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fepublications.bond.edu.au%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1007%2526context%253Dcewces_papers%26ei%3DxrfkTu3fKdDQrQfpmuCSCA%26usg%3DAFQjCNHApSYyFUfMf3LtiD2a95urqw-X5w%26sig2%3DSrOqXV_mGyJ6xCRIIOpJQA#search=%22mandala%20srivijaya%20political%20federation%22. Diakses pada 11 Desember 2011.
- ^ Bullough, Nigel (23 Februari 1995). Historic
East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications.
hlm. 116–117.
- ^
Ricklefs, hal. 363
- ^ Friend, Theodore. Indonesian Destinies.
Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University
Press. hlm. p.19. ISBN 0-674-01137-6.
[sunting] Pranala luar
[tampilkan]
Kerajaan
di Jawa |
|
0-600 (Hindu-Buddha pra-Mataram) |
|
|
600-1500 (Hindu-Buddha) |
|
|
1500-sekarang (Islam) |
|
|
[tampilkan]
Sejarah kekaisaran di dunia |
|
Kekaisaran kuno |
|
|
Kekaisaran abad pertengahan |
|
|
Kekaisaran modern |
|
|
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susU, APAKAH ITU ARTINYA LANTAI YANG TERBUAt dari kaca???
Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya.
2. INDONESIA NEGARA ATLANTIS.
cerita Benua Atlantis yang pertama kali ditulis dalam sebuah dialogue karya Plato yang berjudul Timateus and Critias sekitar tahun 370 SM, disana dikatakan ada negeri subur, makmur, dan berteknologi maju. Negeri itu hancur karena bencana alam, Plato sendiri mendapat kisah ini dari penduduk Mesir, dan orang di Mesir menyebutnya Keftiu.
Atlantis itu artinya : Tanahnya Atlas – Negeri 2 pilar/tiang yang bisa diartikan sebagai negeri dengan pegunungan-pegunungan. Atlantis dikenal sangat subur, makmur, berteknologi tinggi, dengan kota berbentuk lingkaran/cincin yang tersusun daratan dan perairan secara berurutan, negeri ini disusun berdasarkan perhitungan matematika yang tepat dan efisien sehingga tertata dengan rapi dengan sebuah istana megah tepat di pusat kota sebagai pusat pemerintahan. Penduduk Atlantis terbagi dua, yang satu adalah turunan bangsa Lemuria yang berkulit putih, tinggi, bermata biru dan berambut pirangan, yang merupakan nenek moyang suku bangsa arya, sedang satunya lagi berkulit coklat/hitam, relatif pendek, bermata coklat, dan berambut hitam.
Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang. Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Portugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu dan teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
3.APAKAH ATLANTIS ITU ADALAH NEGERI SABA DALAM AL QURAN dan ALKITAB???
Ust. Fahmi Basya (FB) pimpinan Sains Spiritual Qur’an Dzikrul Lil Alamiin Bogor. Penjelasan catatan ini meliputi kebenaran adanya Jejak Nabi Sulaiman di tanah Jawa yang berjarak waktu 30-an Abad lebih dan sekitar misteri Candi Borobudur sebagai ‘arsy Ratu Saba’ yang dipindahkan Jinn dalam semalam seperti diinspirasi oleh ayat Al-Qur’an terutama surah An-Naml.
Letak Bukit Stumbu di desa Karangrejo, skitar 2,5 Km sebelah barat daya Candi Borobudur, Magelang.
Secara metodologis, lontaran teori Stumbu DLA diatas didasarkan pada fakta-fakta ayat Al-Qur’an yang difahami secara simbolik berisi simbol-simbol matematis atas budaya penciptaan alam seisinya. Menurut FB yang lulusan Matematika MIPA UI tahun 1983, Dosen Matematika UIJ dan Dewan Pakar ICMI Jakarta Barat (2004) ini, terdapat tiga belas alasan mengapa Negeri Saba terletak di Indonesia dan bukan di Negeri Yaman seperti dipercaya ahli mufassir Al-Qur’an. Keseluruh bukti tentang Negeri Saba menurutnya bisa ditemui di Pulau Jawa, mengarah keberadaan Ratu Boko dengan Borobudur-nya.
Analisis khusus FB sejak tahun 1982 melahirkan beberapa buku seperti Matematika Al-Quran (2003) dan Sejuta Fenomena Al-Qur’an (2008). Ia menyimpulkan, pertama, bahwa penjelasan QS 27:22 tentang negeri Saba tidak ditemukan di Yaman, sedangkan bukti tersebut ditemukan di Pulau Jawa (Wana Saba). Sedang kedua, arti kata saba (sabun) tidak ditemukan nama Sabun di Yaman, sedang arti lain kata saba (hutan) juga tidak ditemukan disana. QS 27:24 ‘Untuk Saba pada tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri’.
Ketiga, kandungan ayat QS 27:24 ’…dan aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari dari selain Allah’. Di dalam sejarah tak ditemukan sebuah tempat di Yaman yang masyarakatnya bersujud kepada matahari, sedangkan di Pulau Jawa berlokasi di Komplek Ratu Boko dengan beberapa bukti pendukung.
Keempat; Bukti itu seperti (27:40) adanya bangunan (’arsy) yang dipindahkan ke suatu Lembah berjarak terbang burung dalam waktu singkat. Tentang siapa yang memindahkan dan bagaimana dipindahkan, tafsir ayat tersebut mengisahkan yang memindah singgasana Ratu Saba adalah JINN IFRID selesai sebelum Nabi Sulaiman mengerlingkan mata. FB menerangkan, terdapat peran JINN dalam realisasi ruang waktu disini, bahwa makhluk ini memiliki syarat ilmiah memindahkan arsy Saba tersebut ke Lembah Semut. Berdasar hukum kecepatan cahaya, makhluk Jinn mampu dengan mudah dan super cepat memindahkan suatu bangunan. Diketahui peristiwa seperti ini bukan tidak pernah ada, bahkan terjadi pula di belahan bumi lain. Demikian pula relativitas pemahaman manusia akan membatasi kebenaran nash ini.
Kelima, menurut FB, lokasi kabar dalam QS 6:67 ada ditemukan sisa-sisa dan tandanya di Komplek Ratu Boko yang berjarak 36 Km dari Bukit Stumbu tenggara Borobudur. Di lembah Stumbu inilah arsy Saba tersebut dipindahkan sebagai kini dikisahkan RAKYAT (34:19) sebuah Candi BOKO dan Borobudur. Mereka kerjakan untuknya apa yang ia kehendaki dari gedung-gedung yang tinggi dan Patung-patung dan Piring-piring seperti kolam dan kuali-kuali yang tetap (34:13).
Keenam, ayat tentang SABA QS 34:16 ’dan sesuatu yang disebut Sidrin Qolil ’ masih ditemukan bukti sedikit itu pada Gerbang Ratu Boko dan Serpihan Stupa Candi Borobudur. Ayat ketujuh 34:16 ’…dengan dua kebun yang mempunyai rasa buah pahit’ bisa ditemukan Pulau Jawa. Makna buah Maja yang Pahit seperti ini lagi-lagi tidak ditemukan di Negeri Yaman, bagi teori yang menyebut lokasi sejarah SABA.
Kedelapan, peristiwa besar yang disebut dalam QS 34:16 tentang adanya BANJIR yang merubah peta dataran Asia dengan adanya Palung Sunda. Maka kami menjadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Bukti kesembilan ini terdapat pada QS 34:19. Menurut FB, peristiwa banjir dahsyat tersaebut menyebabkan wilayah SABA hancur menjadi berpulau-pulau, belum pernah dalam sejarah kehancuran suatu negeri hingga menjadi lebih 17.000 pulau seperti Nusantara ini.
Kesepuluh, adanya catatan pembatasan pada perjalanan QS 34:18. Jarak perjalanan dimaksud sebatas kekuatan terbang ideal seekor Burung (Hud Hud) sepanjang 36 Km. Angka ini menurut FB merupakan bukti kesebelas keberadaan Saba di Jawa Tengah, merupakan jarak antara Komplek Ratu Boko sekarang dengan lokasi Candi Borobudur di Magelang.
Keduabelas, adanya surat Nabi Sulaiman (27:28) yang dibawa burung Hud Hud kepada Ratu Balkis, menurut FB tiada lain dicampakkan kaki-kaki burung tersebut di pelataran istana Boko yang disebutnya sebagai Sidril Qolil, kata ini dua kali ditemui di dalam Al-Qur’an.
Ketigabelas, adanya taabut peti wasiat. Menurut FB dalam ekspedisi diatas dari bunyi QS 27:29-30 ’Berkata Ratu Balqis: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sungguh (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’ Inilah beberapa pembuktian secuil kisah Nabi Sulaiman yang sampai kepada pemahaman bahwa Negeri Saba benar-benar terhubung kepada bangunan arsy di Jawa.
papa mimin akan tampilkan ayat2 yang berhubungan secara berurutan.
KEPANDAIAN-KEPANDAIAN YANG DIBERIKAN KEPADA DAUD A.S. DAN KEKUASAAN YANG DIBERIKAN KEPADA SULAIMAN A.S.
***34:10*** 10. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuk- nya,
***34:11*** 11. (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.
***34:12*** 12. Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)1236) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
1236).Maksudnya bila Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perja- lanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula bila ia menga- dakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatan- nya sama dengan perjalanan sebulan.
***34:13*** 13. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tung- ku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
***34:14*** 14. Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.
KEINGKARAN KAUM SABA’ TERHADAP NI’MAT ALLAH DAN AKIBATNYA.
***34:15*** 15. Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.
***34:16*** 16. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar1237) dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr1238).
1237).Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib. 1238).”Pohon Atsl” ialah sejenis pohon cemara “pohon Sidr” ialah sejenis pohon bidara.
***34:17*** 17. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran me- reka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.
***34:18*** 18. Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berja- lanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman1239).
1239).Yang dimaksud dengan “negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya” ialah negeri yang berada di Syam, karena kesuburannya; dan negeri- negeri yang berdekatan ialah negeri-negeri antara Yaman dan Syam, sehingga orang-orang dapat berjalan dengan aman siang dan malam tanpa terpaksa berhenti di padang pasir dan tanpa mendapat kesu- litan.
***34:19*** 19. Maka mereka berkata: “Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami1240)”, dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancur- nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.
1240).Yang dimaksud dengan permintaan ini ialah supaya kota-kota yang berdekatan itu dihapuskan, agar perjalanan menjadi panjang dan mereka dapat melakukan monopoli dalam perdagangan itu, sehingga keuntungan lebih besar.
***34:20*** 20. Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang- orang yang beriman.
***34:21*** 21. Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidu- pan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.
3.ALKITAB.
SAMA DENGAN ALQURAN DALAM PETUNJUK DAN BUKTI BUKTI..
Kalau di Bible pada 2 Tawarikh 9 9:9 Maka diberikan permaisuri itu kepada baginda emas seratus dua puluh talenta dan amat banyak rempah-rempah dan permata yang indah-indah; maka belum pernah ada macam rempah-rempah seperti yang diberikan permaisuri Syeba itu kepada baginda raja Sulaiman.
9:10 Maka hamba Hiram serta dengan hamba Sulaiman yang membawa emas dari Ofir itu membawa kayu cendana dan permata yang indah-indahpun.
Rempah-rempah adalah hasil perkebunan di Indonesia, Cendana juga merupakan asli tanaman di Nusantara.
KESIMPULAN SEMENTARA(BUKAN FINAL)
kita simpulkan dari semua wikepedia dengan kuat pernyataannya adalah candi itu bukan di buat oleh seylendra atau kerajaan mataram…melainkan benar peninggalan nabi sulaiman…
seylendra nama wangsa kerajaan sriwijaya yang melancong ke tanah jawa…budha adalah agama taertua yang berasal dari tanah jawa,kemudian melebar ke daratan india dan negara lainnya….dalam sejarah yang di ungkapkan…sulaiman memerintahkan jin membuat candi borobudur artinya caNdi yang tinggi dalam bahasa sansEkerta…..bahasa sanskerta terbentuk pada 500 sebelum masehi.